Nukilan dengan ihsan dan ilham dari sajak Faisal Tehrani
yang pernah bersahabat pena dan memuatkan esei Musafir
dalam novelnya Tunggu Teduh Dulu, dikira menepati hajatku:
Seperti helang aku datang,
bukan dari Khurasan, tapi lebih jauh
dan aku lihat puncak-puncak gunung
konalim mi? Konya tercinta..
Guru kami, beri salam
aku datang aku datang
separuh dari jiwaku adalah pencinta
separuh lagi akanku cucikan dari dosa-dosa
dengan air dari cesme
direndam dengan sarik mu
dan kuminum, teguk sepuasnya dari bejana
hingga terang hati ini dengan cahaya cinta.
Guru kami, beri salam
izinkan aku membaca pelajaran-pelajaran cinta
dua puluh enam ribu baris tak pernah cukup
aku fikir ada rahasia lain kau sembunyikan
di celah-celah taman Meram
takku temui di musim sejuk
aku datang, aku datang
kau yang mengundang
aku datang bukan sebagai penyembah api
bukan sebagai kafir yang tak bertemu Cinta
bahkan sebagai pemula
terimalah aku guru sebagai muridmu
di dalam lelapku malam ini
supaya aku betul faham Mathnawi.
Aku datang aku datang
sebagai pemula tak tahu bermain ney
atau calpara tetapi ghairah untuk belajar tentang cinta
kerana makammu bukan di sini
tetapi dalam hati penuntut dan penziarah
aku datang aku datang
sebagai pemungkir janji, ratus kali
tetapi masih mahu belajar
terima kasih kerana mengundang
dan mengajar cinta ada dalam semua warna
terkandung dalam semua bahasa
meski tidak ada kata-kata dapat mengungkap
Keajaiban-Nya.
Guru kami,
aku pernah menyusun kamus cinta
setiap patah kalimat akan punya Makna
tetapi dakwatku cair padam dan
lidahku takut lecur terbakar
sepertimu aku tak dapat menerangkan
biar beribu kali aku memikirkannya.
Sang pencinta
mesti belajar mengalirkan air mata
taubatnya Adam sungguh-sungguh memadamkan
segala keburukan
membawa cahaya kehidupan.
Sang pencinta
setiap detik hidupku telah diseksa Tuhan
hingga pernah aku letih
tetapi cepat tersedarkan
aku pun tahu Tuhan memang meminta aku rasa derita
supaya air mata menjadi mutiara
supaya ia tak kenal sejuk musim salju
supaya ia tak juga terhibur di musim bunga
ia tidak bermusim
derita tidak bermusim
bahagia sepanjang musim.
Sang pencinta,
aku datang sebagai pemula
seperti yang lain aku cepat terpesona
dan bukan aku tak mahu mengerti tanyamu
mengapa tak kau cinta dia sesudah matinya?
maafkan aku, si pemungkir janji
aku akan belajar Cinta di sebalik cinta
lambat-lambat kerana belum tiba sepertimu
kehilangan matahari kehilangan lagi
merana berkali-kali
baru belajar tentang cinta iblis penuh rasa
tinggi diri dan sombong, berasa iri kepada
Adam, hanya mahu cinta Cinta untuknya seorang
moga jauhi aku dari cinta penuh kutukan.
Guru kami,
betapa aku belajar setengah impianku terkabul
separuh lagi tak Kau makbul
hingga aku kecewa entah berapa kali
sampai aku hampa terlalu banyak kali
supaya aku tak memikirkan lagi
apa pun harapan kerana rajukku
supaya aku izinkan Kau memujukku
supaya aku hanya memuja Cintamu
Cinta, cinta
adalah penyembuh
Cinta, cinta adalah anugerah.
Guru kami,
ajarkanku satu-satu
aku pemula yang lambat
Cinta membebaskanku
Cinta meranapkan impianku
Cinta tak buat aku lagi memikirkan
tersalah dapur hingga meracunkan
Cinta seperti cahaya
datang dari mulut-Mu, membalutku
dan harus berteman untuk memahamkan
aku tentang Cintamu
izinkan aku mencintai emirku
juga pemain ney itu.
Sang pencinta
aku datang untuk mengebumikan hatiku
bukan di sisi jasadmu
tapi dalam pelajaran cintamu
aku datang, aku datang ,kau yang mengundang
aku datang setelah mengkhianati ratus janji
aku akan datang lagi
mencari – bukan di taman-taman Meram
atau pada alun muzik mendayu
pada butir tasbih atau rajut sajadah
Thank you for the ice-breaking message.Yes,your name has been often quoted by Sidi Redhuan Oon or the Red1.
ReplyDeleteMy introduction to Maulana Rumi was via fragments/selections of his poems by the orientalists. At times I found them quite disjointed and found myself outside the light.
The websites are much more helpful and I am more in a serious phase then.
Your entry will help me to capture the real Rumi :
Can you suggest a biographical essay on Rumi that captures 'the time' of the Maulana in the expansion of the Islamic Ad Deen/Civilization and that piece touches you and captures your own imagination on the 'question/s of the day' .
I am afraid that you have 'to give' rather than 'to receive' from me and thanking in advance for that generousity. Salam
Sd.Abdad 22.6.05
Salam,
ReplyDeleteIn the past, we read a fragment about your love and comment on Maulana Rumi teachings. Please tell us more on your active pursuant of this
subject ie. books read, experiences and related friends. Some fuqara of SAQ are direct inheritor of Rumi wisdom thru the Mevlvi tariq and aslo thru the idhin-transmission by Sh Sulaiman Dede of Konya.
We like to see a flowering of this knowledge among the fortunate malaysian seekers thru proper channels. Without the Teacher, afew day journey will take hundred years.Or we can enjoy the Mathnawi like the westerners-song,music. dance and amazing stories but missed the real
Goal. Sorry to go this far without introducing myself. Sidi R had mentioned our early travels where we found the people connected to our master. May be Dr.hakimi can relate the personal matters about the chinese fuqara he knows. Hope hearing from you soon. caijian.